|
Master Edi Sugianto di situs Perigi Hang Tuah |
Malaka atau melaka adalah nama sejenis pohon dan buahnya sekali. Dalam bahasa Jawa disebut mlåkå atau kemlåkå. Kemungkinan nama ini berasal dari bahasa Sanskerta amalaka, yang kemudian diadopsi oleh berbagai bahasa lain, proto-bahasa bahasa Melayu yang kemudiaan bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia.
Nama-nama lainnya di antaranya melaka (Mal.), amla, amlaki, ammalaki, amala, nillika, nellikya, nellikai dan aneka lainnya di pelbagai bahasa di seputar anak benua India. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Indian gooseberry.
Para pakar di Malaysia menduga bahwa nama pohon inilah yang menjadi asal-usul nama Kota Melaka, yang belakangan lalu diambil menjadi nama selat, Selat Malaka.
Melaka merupakan salah satu kota yang terletak di sebelah selatan Kota Kuala Lumpur, Malaysia. Kota ini memiliki banyak catatan sejarah, sehingga masyarakat setempat menyebutnya
Melaka Bandaraya Bersejarah.
Asal Usul Nama Malaka
Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut sejarah melayu (malay annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri ke Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu oleh biwak yang tidak terkira banyaknya. Kemudian ia pindah keburok dan mencoba untuk bertahan disitu, tetapi gagal. Kemudian Parameswara berpindah ke Seming Ujong hingga kemudian sampai di sungai Bertam, sebuah tempat yang terletak dipesisir pantai. Orang-orang sekitar yang mendiami kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan tersebut, ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh dibawah pohon malaka. Maka, kawasan tersebut ia namakan Malaka.(5)
Dalam versi lain dikatakan bahwa nama Malaka dihubungkan dengan istilah Arab, malaqah (tempat pertemuan) / malakat (perhimpunan segala dagang) / malqa (tempat bertemu). (6) Sedangkan versi orang pribumi mengatakan bahwa asal usul nama Malaka adalah nama sepohon kayu Melaka ditebing muara Sungai Melaka.(7)
Kota Malaka pada abad ke-15 adalah sebuah entrepot (1). Sebagai kota atau bandar pelabuhan, kekuatan dan ketahanannya dapat dikekalkan sebab adanya kegiatan dan usaha-usaha perdagangan secara besar-besaran sehingga apabila diambil kira Malaka sebagai penguasa kelautan melayu, kegiatan dan usaha inilah yang mendasari faktor ekonominya, faktor ini juga yang menjadikan Malaka sebagai kuasa dibagian barat laut nusantara yang cukup unggul. Malaka sebenarnya menjadi penyambung rantai lalu lintas perdagangan dilaut diantara bagian timur dengan bagian barat dunia.Malaka menjadi sebagian sistem perjalanan dan perdagangan dunia yang amat penting sepanjang abad ke-15 dan beberapa abad setelah itu. Oleh karena itu, inilah yang menyebabkan orang-orang Portugis bersungguh-sungguh mau menguasai dan menaklukan Malaka.(2)
Riwayat Kesultanan Malaka
Pendiri
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara (3) (4) antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatra runtuh diserang Majapahit. Pada saaat Malaka didirikan, disitu terdapat penduduk asli laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang 30 keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi. Karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk asli tersebut, rombongan pendatang merubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah.
Rombongan juga telah menemukan biji-biji timah didaratan. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatra. Salah satu komoditas penting yang di impor Malaka dari Sumatra saat itu adalah beras. Malaka amat bergantung pada Sumatra dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perdagangan tidak dapat dikembangkan di Malaka.hal ini kemungkinan disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi geograpis strategis yang mereka miliki.
a. Silsilah Kesultanan Malaka
Terdapat banyak versi mengenai jumlah penguasa / raja dalam Kesultanan Malaka. Raja / Sultan yang memerintah di Malaka menurut sebuah versi (8) adalah sebagai berikut :
1. Parameswara yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1390-1424)
2. Sri Maharaja / Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sri Parameswara Dewa Syah / Sultan Abu Syahid (1444-1446)
4. Sultan Muzaffar Syah (1446-1456)
5. Sultan Mansyur Syah (1456-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1511)
8. Sultan Ahmad Syah (1511 – antara 1516 hingga 1528)
Adapun menurut versi lain (9) silsilah penguasa Kesultanan Malaka adalah sebagai berikut :
1. Sultan Iskandar Syah / Parameswara (1400-1424)
2. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sultan Abu Syahid (1444-1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445-1459)
5. Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1511)
b. Sistem dan Periode Pemerintahan
Masa Awal Perkembangan Malaka
Parameswara (pendiri Kesultanan Malaka) adalah keturunan Raden Wijaya, raja pertama (1293-1309) dan penggagas Kerajaan Majapahit yang menikahi Sri Gayatri Rajapatni, putri dari Sri Kertanegara raja terakhir (1268-1292) Kerajaan Singasari. Kemudian memiliki Putri Tribuana Tunggadewi, pemimpin ketiga (1326-1350) Kerajaan Majapahit. Beliau menikahi Kertawardana, kemudian memiliki Putri Iswari. Putri itu kemudian menikahi Singhawardana, dan memiliki Putri Sarawardani. Kemudian ia menikahi Ranamenggala, dan memiliki anak bernama Parameswara yang lahir tahun 1344 pada saat neneknya, Ratu Tribuana Tunggadewi memerintah Majapahit.(10)
Pada awalnya Malaka bukanlah sebuah Kerajaan beragama Islam. Hal ini berubah ketika Parameswara menikah dengan Putri Sultan Zainal Abidin dari Pasai dan masuk Islam pada tahun 1406, ia mengubah namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah, dan menjadi Sultan Malaka. Posisi Malaka yang sangat strategis menyebabkannya cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai.(11)
Pemerintahan Parameswara berkembang sangat pesat hingga menjadikan Malaka sebagai pelabuhan yang sangat penting di Kepulauan Melayu, pada abad ke 15 (diteruskan hingga abad ke 16). Tambahan pula Malaka merupakan tempat perdagangan rempah dengan berfungsi sebagai pintu kepada negeri-negeri rempah untuk memasarkan rempah mereka. Hal ini digambarkan ”Duarte Barbosa” yang berkata : ”Sesiapa yang menguasai Malaka, berarti dia dapat menguasai perdagangan dunia”.(12) Parameswara mangkat pada 1424 dari diwarisi oleh anaknya, Sri Maharaja yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah (1424-1444).
Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam
Sebelum muncul dan tersebarnya Islam disemenanjung Arabia, para pedagang Arab telah lama mengadakan hubungan dagang disepanjang jalan perdagangan antara Laut Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya Agama Islam semakin memberikan dorongan pada perkembangan perniagaan Arab, sehingga jumlah kapal maupun kegiatan perdegangan mereka dikawasan timur semakin besar.
Pada abad VIII, para pedagang Arab sudah banyak dijumpai dipelabuhan negeri Cina. Diceritakan, pada tahun 758 M, Kanton merupakan salah satu tempat tinggal para pedagang Arab. Pada abad IX, disetiap pelabuhan yang terdapat disepanjang rute perdagangan ke Cina, hampir dapat dipastikan ditemukan sekelompok kecil pedagang Islam. Pada abad XI, mereka juga telah tinggal di Campa dan menikah dengan penduduk asli, sehingga jumlah pemeluk Islam ditempat itu semakin banyak. Namun, rupanya mereka belum aktif berasimilasi dengan kaum pribumi sehingga penyiaran agama Islam tidak mengalami kemajuan.
Sebagai salah satu bandar ramai dikawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mudah menyebar di Malaka. Alam perkembangannya, Raja pertama Malaka, yaitu Parameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. dengan masuknya Raja kedalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.
Selanjutnya, Malaka menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan dimasa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1459-1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada dibawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran islam, maka dilakukan perkawinan antar keluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyebaran Islam ditanah Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filifina Selatan).
Sejarah melayu juga membicarakan soal kedudukan alim ulama dalam sosio masyarakat melayu Malaka. Dalam hal ini, golongan alim ulama mempunyai kedudukan tata taraf yang istimewa dalam kerajaan melayu Malaka. Perananan mereka bukanlah setakat mengislamkan pemerintah dan rakyat, tetapi juga menjaga institusi pemerintah dari sudut agama. Walaupun mereka tidak menjadi keluarga istana tetapi mereka mempunyai hubungan yang rapat dengan raja-raja Malaka.
Sistem Pemerintahan Kesultanan Malaka
a. Sistem Undang-undang Kesultanan Malaka
Sebagaimana yang telah diketahui umum, bahwa negeri-negeri Melayu sebelum masuknya pengaruh Kerajaan British, Undang-undang asas atau Undang-undang negeri ialah Undang-undang Islam dan Adat Melayu.
Apabila kita membicarakan tentang keadaan negeri-negeri Melayu sebelum dipengaruhi kerajaan British disemenanjung tanah Melayu, terlebih dahulu kita perlu melihat kezaman kerajaan melayu Malaka pada abat ke-15 dan awal abad ke-16. Malaka merupakan kerajaan melayu tua disemenanjung tanah Melayu yang pertama mempunyai undang-undang tertulis.
Melaka menjadi sebuah negeri yang kuat kerana mempunyai undang-undang yang teratur. Terdapat 2 undang-undang yang dilaksanakan di Melaka yaitu Hukum Kanun Melaka dan Undang-undang Laut Melaka.(13) Kedua-duanya diaksanakan untuk melancarkan pemerintahan dan mewujudkan keamanan. Hukum Kanun Melaka menyentuh tentang tanggungjawab pemerintah dan pembesar, larangan rakyat menggunakan bahasa dalaman serta undang-undang Islam dan hukum adat. Namun begitu, Undang-undang Laut Melaka pula menyentuh perkara yang berkaitan dengan laut seperti kedudukan pengawai atas kapal, kuasa pegawai-pegawai dan hukum pembahagian hak perniagaan. Selain itu, larangan dalam pelayaran juga dinyatakan.
Dalam konteks persejarahan Malaysia, hukum Islam sudah ada sejak zaman Malaka sudah dijadikan pandangan terhadap undang-undang negeri yang lain. Di Malaka, pengaruh Islam dalam undang-undangnya begitu kuat begitu juga dalam undang-undang laut Malaka, seorang maklim dalam sebuah kapal dianalogikan sebagai imam dan anak buah kapal diibaratkan sebagai makmum.
Undang-undang Islam dalam beberapa Pasal diawal hukum Malaka terlihat jelas, terutama yang berhubungan dengan kesalahan ”jenayah”, umpamanya membunuh orang hukum yang diberikan karena membunuh orang berbunyi : ”Pasal yang ke-5 menyatakan seseorang membunuh tanpa setahu raja-raja atau orang-orang besar. Jika membunuh orang tanpa dosa maka ia dibunuh juga pada hokum Allah, maka adil namanya”.(14)
Pada pasal-pasal yang lain undang-undang jual beli juga dibentuk berdasarkan undang-undang Islam. Pasal 30 hukum Kanun Malaka juga menentukan barang-barang yang boleh diperniagakan serta yang tidak boleh menurut undang-undang Islam seperti arak, babi, anjing dan tuak. Untuk yang berdasarkan Hukum-hukum dan aqait Islam jelas terdapat dalam pasal 25 hingga pasal 30 yang berkaitan dengan masalah lapas ijab dan kobul dalam acara nikah, saksi-saksi dalam acara nikah, hukum iddah dalam perceraian, juga pada pasal 34 tentang hukum amanah.
Perkara yang paling menarik ialah sruktur dan sebagian dari pada kandungan hukum Kanun malaka itu sendiri. Ada hukum dan undang-undang fikih Islam yang diserap dan digunakan terus dalam undang-undang negerinya, seolah-olah teks tersebut menjadi sumber rujukan, hukum-hukum Islam pula. Umpamanya tentang hukum ibadah sembahyang dituliskan pada pasal 36 ayat 2.
Begitu berkesan dan berpengaruh sekali hukum Islam terhadap hukum Kanun Malaka sehingga terdapat ekspresinya dipetik terus dari ayat al-qur’an, contohnya pada pasal 43 ayat 2 yang berbunyi : ” Bismi’l lahi al-rahman al-Rahim. Qala’ ilahu ta’ala : ati’u Allah wa ati’u ur-rasul wa uli’l amri minkum ”.(15)
Walau bagaimanapun, kedatangan Islam bukan berarti penyingkiran secara total terhadap unsur-unsur dan nilai pribumi. Malahn adat dan resam serta hukum setempat meliputi resam, norma, etika menjadi part and parcel seluruh undang-undang tadi.(16)
b. Sistem Lapisan Masyarakat
Teks Sejarah Melayu telah memaparkan gambaran tentang susunan lapisan masyarakat Malaka, yang pada umumnya dapat dikelaskan pada beberapa tingkatan. Secara kasarnya, masyarakat Malaka dapat dibagi menjadi empat golongan (17):
1. Golongan Diraja dan Kaum Kerabat
Golongan ini terdiri dari seorang raja yang dikelilingi oleh kerabat diraja, permaisuri serta putra-putri raja. Kuasa pemerintahan adalah terletak dibawah Baginda Raja.
2. Golongan Bangsawan
Golongan ini pula terdiri dari pembesar dan pegawai tadbir seperti Bendahara, Penghulu Bendahari, Perdana Menteri, Temanggung, Bentara, Syahbandar. Terdapat pula kalangan pendatang yang diserap kedalam golongan ini, seperti tuan-tuan sayyid, makhdum, maulana dan kadi.
3. Golongan Rakyat Biasa yang Merdeka
Golongan ini terdiri dari para pedagang, tukang-tukang mahir, petani dan saudagar. Terserap pula kelas nahkoda yang mempunyai kedudukan istimewa dalam masyarakat pedagang tadi.
4. Golongan Hamba
Golongan ini pula terdiri dari hamba raja, hamba berhutang dan hamba abdi. Mereka mempunyai kedudukan paling bawah dalam struktur atau lapisan masyarakat Malaka.
Masa Kejayaan Kesultanan Malaka
Kegemilangan yang dicapai Kesultanan Malaka disebabkan oleh beberapa faktor penting. Faktor awal adalah, ketika Parameswara mengambil kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan negara Tiongkok ketika Laksmana Yin Ching mengunjungi Malaka pada tahun 1402. Hubungan erat ini memberi banyak manfaat pada Malaka, salah satunya mereka mendapat perlindungan ketika mengelak dari serangan Siam.(18)
Pada tahun 1459, Sultan Mansur Shah (1459-1477) menaiki tahta. Disebabkan kedudukannya yang strategik, Melaka menjadi sebuah pangkalan luar yang penting bagi kapal-kapal. Bagi mengeratkan hubungan diplomatik dengan Melaka, Maharaja China telah menganugerahkan anaknya Puteri Hang Li Po dengan tujuan untuk dikahwinkan dengan Sultan Mansur Shah. Untuk menyambut Hang Li Po, Sultan Mansur Shah juga menghantar Tun Perpateh Puteh dengan segolongan pengiring ke negeri China untuk mengiringnya. Hang Li Po tiba di Melaka pada tahun 1458 bersama-sama 500 orang pengiring.(19)
a. Wilayah Kekuasaan
Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas daerah-daerah berikut
1. Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trengganu, dsb)
2. Daerah Kepulaun Riau
3. Pesisir Timur Sumatra Bagian Tengah
4. Brunai dan Serawak
5. Tanjung Pura (Kalimantan Barat)
Sedangkan daerah yang diperolah Dari Majapahit secara Diplomasi adalah :
1. Indaragiri
2. Palembang
3. Pulau Jemeja, Tambelan, Siantan dan Bunguran
b. Mempunyai Angkatan Tentera yang Kuat
Sebuah kerajaan perlu mempunyai angkatan tentara yang kuat untuk mempertahankan kerajaannya daripada dicerobohi oleh musuh. Malaka memiliki angkatan laut yang besar. Orang laut menjadi tenaga penting dalam angkatan laut Malaka. Selain itu, Malaka turut mempunyai pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa, berani dan setia kepada Sultan. Antara pahlawan-pahlawan yang terkenal ialah Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu.
Sebahagian besar kelengkapan tentera Malaka terdiri dari pada kapal, bahtera, ghali, ghalias, jong dan lancara. Peralatan senjatanya pula terdiri dari pada panah, keris, lembing, meriam, lela, rentakal, istinggar dan pemuras. Kekuatan tentara Malaka terbukti semasa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah apabila Melaka dapat mematahkan serangan Siam sebanyak 2 kali tanpa bantuan China.(20)
c. Sistem Pemerintahan yang Cakap dan Jujur
Sejak awal pengasasan Malaka, telah wujud sistem pemerintahan yang tegas dan teratur. Kerajaan Malaka telah diketuai oleh seorang Sultan yang akan dibantu oleh para pembesar. Para pembesar mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Bendahara merupakan penolong Sultan dan penasihat Baginda. Penghulu Bendahari bertanggungjawab menjaga semua harta kerajaan. Temenggung pula ditugaskan menjaga keamanan di darat dan turut menjadi pengawal pribadi sultan. Semasa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah, Baginda telah memperkenalkan jawatan Laksamana. Tugas utama Laksamana ialah menjadi ketua angkatan laut. Selain itu, pembesar-pembesar berempat ini dibantu oleh pembesar delapan dan seterusnya.
Raja yang memerintah Kesultanan Malaka disebut sebagai sumber dan pusat kuasa secara sekuler. Dengan kedudukan raja yang istimewa dalam sistem berkerajaan, sumber kuasa yang dimiliki oleh Raja, iaitu restu dari pada daulat yang dimiliki Raja tadi, disalurkan pula bagi menggerakkan jentera serta tenaga pemerintahan.(21)
d. Hubungan dengan Jajahan Taklukan
Malaka telah menjalankan hubungan yang baik dengan jajahan taklukan yang ditaklukkannya seperti Pasai, Siak dan Kampar. Hubungan dengan Pasai wujud sejak zaman Iskandar Syah apabila beliau memeluk agama Islam dan berkahwin dengan putri Pasai. Malaka menjalankan hubungan dengan tanah jajahan taklukannya adalah karena kerajaan-kerajaan ini menyediakan barang-barang untuk diperdagangkan, antaranya ialah Pasai yang membekalkan lada hitam, beras dan emas.
Hubungan Malaka dengan Pasai pula, selain untuk kepentingan politik, adalah semata-mata untuk keperluan memperdalamkan dan bertukar-tukar pendapat tentang hukum-hukum Islam. Sultan Mansur amat mengambil berat dalam hal-hal agama, sedangkan Pasai pada masa itu merupakan pusat Agama Islam dan menjadi kerajaan Islam tertua. Sultan Mansur selalu menghantar utusan ke Pasai untuk bertanya tentang hal-hal masalah agama dan hukum Islam yang tidak dapat diselesaikan di Malaka. Misalnya, ada suatu persoalan dari Malaka yang meminta jawaban dari pada ulama Pasai. Masalahnya berbunyi : “ segala isi syurga itu kekalkah didalam syurga dan segala isi neraka kekalkah ia didalam neraka?” jawaban diberikan oleh Makhdum Muda Pasai adalah “benar” dan kebenaran itu didukung pula dengan mengajukan bukti daripada ayat-ayat Al-qur’an.
Telah ditegaskan bahwa Pasai didakwah terletak dibawah naungan Malaka. Ini dibuktikan oleh sejarah Melayu dengan pelantikan Sultan Zainal Abidin sebagai Raja Pasai, dilakukan oleh Bendahara Malaka. (tetapi, pelantikan ini tidak kekal sebab adiknya yang memberontak telah merampas semula tahta kerajaan ). (22)
e. Melaksanakan Dasar Perluasan Kuasa dan Wilayah
Melaka menjalankan hubungan persahabatan dengan kerajaan luar sejak pemerintahan Parameswara. Pemerintah Melaka berjaya meluaskan kesultanannya hingga ke beberapa buah negeri di Tanah Melayu dan Sumatera. Di antaranya termasuklah Pahang, Kedah dan Perak. Di Sumatera pula seperti Aru, Kampar, Siak, Inderagiri, Rokan dan Pasai. Penguasaan Melaka terhadap Siak membolehkan Melaka mengawal pengeluaran emas dari Siak untuk dibawa ke Melaka. Hubungan Melaka dengan Kampar terjalin selepas Kampar ditakluki oleh Melaka. Penaklukan ini membolehkan Melaka mengawal eksport lada hitam dan emas yang dihasilkan di daerah pedalaman seperti Minagkabau. Melaka turut mengukuhkan kuasa di kawasan taklukan dengan menyerahkan wilayah-wilayah taklukan di bawah pemerintahan pembesar-pembesar Melaka. Sebagai contoh, negeri Pahang dipegang oleh seorang pembesar iaitu Seri Bija Diraja. Hubungan Melaka dengan negeri-negeri taklukannya menjadikan Melaka sebuah kerajaan yang terkuat pada ketika itu.(23)
f. Politik Negara
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para Sultan menganut politik hidup berdampingan secara damai (co-existenci policy) yang dijalankan secara efektif. Polik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatic dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwasadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit.
Dimasa sultan Mansur Syah, juga terjadi perkawinan antara Hang Lipo, putri raja Yung Lo dari dinasti Ming, dengan sultan Mansur Syah. Dalam prosesi perkawinan ini, sultan Mansur Syah mengirim Tun Perpateh Puteh dengan serombongan pengiring kenegeri Cina untuk menjemput dan membawa Hang Lipo ke Malaka, rombongan ini tiba ke Malaka pada tahun 1458 dengan 500 orang pengiring.
Demikianlah, malaka terus berusaha menjalankan politik damai dengan kerajaan-kerajaan besar.dalam melaksanakan politik bertetangga yang baik, peren laksamana Malaka hang tuah sangant besar. Laksamana yang berkebesaran namanya, dapat disamakan dengan Gajahmada atau Aditya Warman ini adalah tangan kanan sultan Malaka, sering dikirim keluar negeri mengemban tugas kerajaan. Ia menguasai bahasa keling, Siam dan Cina.
Semasa pemerintahan Sultan Mansur Syah, Kesultanan Malaka mencapai kemuncak kekuasaannya dan terdiri daripada Semenanjung Malaysia, Singapura, dan sebagian besar Sumatera. Pesaing utama Malaka adalah Siam di Utara dan Majapahit di selatan. Majapahit kemudian tumbang pada kurun ke 15. Siam pula telah menyerang Malaka sebanyak tiga kali tetapi kesemuanya gagal.(24)
Zaman Kejatuhan Malaka
a. Kesultanan Terakhir Malaka (Sultan Mahmud Syah)
Pada tahun 1488, Sultan Mahmud Shah mewarisi Melaka yang telah mencapai kemuncak kuasa dan merupakan pusat dagangan yang unggul di Asia Tenggara. Bendahara Tun Perak, pencipta keunggulan Melaka, telah tua. Begitu juga dengan Laksamana Hang Tuah. Pemerintahan Sultan Mahmud Shah juga mengalami rancangan jahat dan pilih kasih. Beliau bukan seorang raja yang cekap, akan tetapi beliau juga seorang mangsa keadaan. Ayahandanya (Sultan Alaudin Riayat Shah) mangkat pada usia yang masih muda. Oleh itu baginda menaiki takhta ketika masih kanak-kanak. Portugal (25) pada awal abad ke-16 sedang mengasaskan sebuah empayar luar negeri. Pada tahun 1509, Diego Lopez de Sequiera dengan 18 buah kapal dari Angkatan diRaja Portugal tiba di Melaka. Mereka merupakan orang Eropa pertama yang tiba di Asia Tenggara dan digelar "Benggali Putih" oleh orang tempatan. Oleh kerana orang-orang Portugis membuat kacau di Melaka seperti mengusik gadis-gadis dan mencuri, disamping perselisihan faham, Sultan Mahmud Shah kemudiannya mengarahkan supaya orang-orang Portugis dihalau dari Melaka. Angkatan Portugis diserang dan 20 anak kapalnya ditahan.(26)
b. Kejatuhan Kesultanan Melaka
Pada 1510, Sultan Mahmud Shah menyerahkan kuasa sementara pada putera sulungnya, Sultan Ahmad Shah. Selepas mengambil balik kuasa, baginda membunuh Tun Mutahir sekeluarga karena termakan fitnah bahwa Tun Mutahir coba membunuh Baginda.
Pada 10 Agustus 1511, sebuah armada laut Portugis yang besar dari India diketuai oleh Alfonso de Albuquerque (27)kembali ke Melaka. Albuquerque membuat beberapa permintaan membina markas Portugis di Melaka tetapi permintaannya ditolak oleh Sultan Mahmud Shah. Selepas 10 hari mengepung, pihak Portugis berjaya menawan Kota Melaka pada 24 Agustus. Sultan Mahmud Shah terpaksa melarikan diri ke Bertam, Batu Hampar, Pagoh and seterusnya ke Pahang di pantai timur di mana beliau gagal dalam percubaannya mendapat pertolongan daripada negera China.
Kemudian, Sultan Mahmud Shah berpindah ke selatan dan mengasaskan Kesultanan Johor sebagai pusat dagangan saingan kepada Melaka. Dengan ibu kotanya di pulau Bentan yang terletaknya berdekatan dengan Temasik (Singapura), beliau terus menerima ufti dan kesetiaan dari kawasan-kawasan sekeliling yang diberinya sewaktu beliau masih menjadi Sultan Melaka. Sultan Mahmud Shah menjadi ketua gabungan Melayu dan berkali-kali menyerang Melaka. Pada tahun 1525, Laksamana Hang Nadim berhasil mengepung Kota A Famosa sehingga pihak Portugis terpaksa membuat catuan makanan dari Goa.
Di Bentan, Sultan Mahmud Shah mengumpulkan semula semua askarnya dan menyerang Melaka beberapa kali dan membuat sekatan perdagangan. Portugis merana kerana banyak serangan dilakukan oleh Sultan Mahmud Shah. Beberapa percubaan untuk menewaskan askar-askar Sultan Mahmud Shah dilakukan. Akhirnya, pada tahun 1526, seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dihantar oleh negeri Portugal untuk memusnahkan bandar Bentan.
Pada 1526, pihak Portugis membalas dengan seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dan memusnahkan ibu kota Bentan. Sultan Mahmud Shah melarikannya ke Kampar, Sumatera tetapi anaknya, Tengku Alauddin Shah tinggal dan mengembangkan Johor sebagai sebuah Kesultanan yang berkuasa dan yang mencapai keunggulannya pada abad ke-18 dan ke-19. Seorang lagi anaknya Sultan Mahmud Shah, Tengku Muzaffar Shah, dijemput oleh orang-orang utara untuk menjadi sultan mereka dan beliau mengasaskan Kesultanan Perak. Sultan Mahmud Shah mangkat dua tahun kemudian di Kampar pada tahun 1526.
c. Keadaan Pasca Kejatuhan Kesultanan Malaka
Setelah Malaka jatuh ketangan Portugis, Sultan Mahmud terpaksa melarikan diri melintasi Selat Melaka ke Kampar, Sumatra di mana beliau mangkat. Baginda meninggalkan dua orang putera iaitu Tengku Muzaffar Shah dan Tengku Alauddin Riayat Shah Muzaffar Shah seterusnya menjadi Sultan Perak manakala Alauddin Riayat Shah menjadi sultan Johor yang pertama. Kesultanan Johor juga dikenali sebagai "Kesultanan Johor-Riau-Lingga".(28)
KESIMPULAN
Pendiri Kerajaan Malaka. Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya dan merupakan putra dari raja Sam Agi, saat itu ia masih menganut agama hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya runtuh diserang Majapahit.
Malaka sebagai pusat penyebaran agama islam. Sebagai slah satu Bandar ramai dikawasan Timur. Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang islam, oleh karena itu agama islam mudah menyebar di Malaka. Malaka menjadi pusat perkembangan agama islam di asia hingga mencapai puncak kejayaan dimasa pemerintahan sultan Masyur syah. Perkembangan agama islam dinegeri-negeri yang berada dibawah taklukan Malaka banyak memeluk agama islam, untuk mempercepat proses penyebaran islam maka dilakukan perkawinan antar keluarga kerajaan.
Kejatuhan Malaka 1511. usia Malaka cukuplah pendek, hanya satu setengah abad. Malaka runtuh akaibat serangan Portugis pada tanggal 24 agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Sejak saaat itu keluarga kerajaan menyingkir kenegeri lain, jatuhnya Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah
Referensi :
Wikipedia
Petualang 82